
Generasi Z dan Revolusi Digital: Menggagas Literasi Teknologi – Pada era digital seperti sekarang, Generasi Z—lahir antara tahun 1997 hingga 2012—merupakan bagian penting dari masyarakat Indonesia. Data BPS (2021) menunjukkan bahwa jumlah generasi ini mencapai sekitar 75,5 juta jiwa atau 27,94% dari total penduduk. kehadiran mereka menjadi ujung tombak transformasi digital sekaligus harapan untuk menghadapi tentang global menuju Indonesia Emas 2045.
Literasi Digital: Lebih dari Sekadar Kemampuan Teknologi
Generasi Z di kenal sebagai natives—mereka tumbuh di lingkungan yang surat internet, smartphone, dan media sosial. Namun, literasi digital sejatinya lebih dari sekadar kemampuan teknis; seluruh aspek penggunaan teknologi seperti keamanan siber, privasi, hingga kemampuan membaca situasi digital secara kritis menjadi bagian tak terpisahkan dari keterampilan mendasar.
Acara seperti Festival Literasi Digital yang di selenggarakan oleh Indosat di Maumere, NTT, menyoroti transisi dari “cerdas digital” ke “aman digital.” Hal ini menunjukkan keselamatan, dan tanggung jawab digital.
Kearifan Lokal: Fondasi yang Tak Boleh Tergusur
Meski modernitas mendominasi, nilai-nilai lokal tidak bisa di abaikan. Dalam seminar internasional “Developing Generation Z’s Creativity Through Technopedagogy Based on Local Wisdom” di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, di tekankan bahwa pengintegrasian technopedagogy—teknologi dengan pedagogi—harus di barengi dengan pemahaman atas kearifan lokal Universitas PGRI Kanjuruhan Malang. Ini bukan hanya soal teknologi, tetapi soal membentuk karakter dan identitas bangsa dalam proses pembelajaran.
Baca Juga: Fenomena Overthinking: Dampak Psikologis dan Cara Mengatasinya
Program Nyata di Lapangan: Bebaskan Gen Z untuk Beraksi
Terbukti bahwa program-program seperti “GenSi BERAKSI” milik Indosat dan Komdigi sangat konkret dalam pembedayaan digital Gen Z, termasuk di wiliyah terpencil seperti Papua dan NTT. Tujuannya adalah memastikan akses, skill, dan kesadaran digital dapat merata menjangkau generasi muda di berbagai daerah.
Media Sosial & Paradigma Pendidikan: Tantangan Lain yang Harus Diantisipasi
Walau di lengkapi dengan teknologi canggih, aspek literasimedia tetap jadi tantangan besar. Konten dangkal yang viral di media sosial perlu di barengi dengan kemampuan menyring informasi agar Gen Z tidak hanya menjadi konsumen pasif, tapi pengguna bijak. Pendidikan formal dan non-formal harus mendukung ini melalui penguatan kurikulum dan program-literasi digital.
Potensi Literasi Teknologi untuk Bahasa Lokal
Aspek unik lain yang semakin di butuhkan adalah teknologi bahas—dengan Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah, kebutuhan akan NLP (Natural Language Processing) yang mendukung bahasa lokal menjadi krusial. Survei tahun 2025 menunjukkan aspirasi kuat dari masyarakat terhadap teknologi bahasa yang menghargai privasi dan keberagaman. Ini membuka jalan bagi Generasi Z untuk menciptakan dan memanfaatkan karya digital berbasis bahasa lokal.
Sinergi Teknologi, Budaya, dan Pendidikan: Rekomendasi Strategis
Integrasi kearifan lokal dalam kurikulum digital
Pendidikan sebaiknya menyertakan konten lokal—cerita rakyat, bahasa daerah—dalam metode pembelajaran digital.
Program literasi digital inklusif skala nasional
Kolaborasi pemerintah, swasta (seperti Indosat), dan institusi pendidikan perlu di perkuat untuk menjangkau seluruh Indonesia.
Perkuat literasi media dan keamanan siber sejak dini
Ajarkan Gen Z untuk kritis terhadap konten digital dan waspada terhadap ancaman seperti phising atau hoaks.
Kembangkan teknologi bahasa lokal berbasis AI
Mendorong riset dan aplikasi digital yang mendukung penggunaan bahasa daerah dapat menjaga warisan budaya sekaligus memajukan teknologi.
Fokus pembelajaran kreatif berbasis technopedagogy
Menggabungkan teknology dan nilai budaya terbukti efektif dalam meningkatkan kreativitas dan daya saing Gen Z.